Surah An-Nahl ayat 125
äí÷$# 4n<Î) È@Î6y y7În/u ÏpyJõ3Ïtø:$$Î/ ÏpsàÏãöqyJø9$#ur ÏpuZ|¡ptø:$# ( Oßgø9Ï»y_ur ÓÉL©9$$Î/ }Ïd ß`|¡ômr& 4 ¨bÎ) y7/u uqèd ÞOn=ôãr& `yJÎ/ ¨@|Ê `tã ¾Ï&Î#Î6y ( uqèdur ÞOn=ôãr& tûïÏtGôgßJø9$$Î/ ÇÊËÎÈ
Artinya: Serulah (manusia)
kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah
mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui
tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui
orang-orang yang mendapat petunjuk.
Hikmah: ialah Perkataan yang
tegas dan benar yang dapat membedakan antara yang hak dengan yang bathil.
Asbabun
Nuzul
Para
mufasir berbeda pendapat seputar sabab an-nuzul (latar belakang
turunnya) ayat ini. Al-Wahidi menerangkan bahwa ayat ini turun setelah
Rasulullah SAW menyaksikan jenazah 70 sahabat yang syahid dalam Perang Uhud,
termasuk Hamzah, paman Rasulullah. Al-Qurthubi
menyatakan bahwa ayat ini turun di Makkah ketika adanya perintah kepada
Rasulullah SAW, untuk melakukan gencatan senjata (muhadanah) dengan
pihak Quraisy. Akan tetapi, Ibn Katsir tidak menjelaskan adanya riwayat yang
menjadi sebab turunnya ayat tersebut.
Meskipun demikian, ayat ini tetap
berlaku umum untuk sasaran dakwah siapa saja, Muslim ataupun kafir, dan tidak
hanya berlaku khusus sesuai dengan sabab an- nuzul-nya (andai kata
ada sabab an-nuzul-nya). Sebab, ungkapan yang ada memberikan
pengertian umum. Ini berdasarkan kaidah
ushul:
أَنَّ الْعِبْرَةَ
لِعُمُومِ اللَّفْظِ لَا بِخُصُوصِ السَّبَب
Artinya: “Yang
menjadi patokan adalah keumuman ungkapan, bukan kekhususan sebab”
Setelah kata ud‘u (serulah)
tidak disebutkan siapa obyek (maf‘ûl bih)-nya. Ini adalah uslub (gaya
pengungkapan) bahasa Arab yang memberikan pengertian umum (li at-ta’mîm).
Dari
segi siapa yang berdakwah, ayat ini juga berlaku umum. Meski ayat ini adalah
perintah Allah kepada Rasulullah, perintah ini juga berlaku untuk umat Islam.
Sebagaimana kaidah dalam ushul fikih :
خطاب الرسول خظاب لامته
مالم يرد دليل التحصيص
Artinya:
“Perintah Allah kepada Rasulullah, perintah ini juga berlaku untuk umat
Islam, selama tidak
ada dalil yang mengkhususkannya.”
Tafsir Ibnu Katsir
Allah
SWT berfirman, memerintahkan Rasul-Nya Muhammad saw untuk menyeru makhluk ke jalan
Allah dengan cara hikmah ( perkataan yang tegas dan benar ). Ibnu Jarir
berkata, “dan demikianlah apa yang diturunkan Allah kepada Muhammad dari kitab,
sunnah dan pelajaran yang baik, yaitu tentang sesuatu yang di dalamnya terdapat
larangan dan ketetapan bagi manusia. Mengingatkan mereka dengan itu semua
(al-Kitab, sunnah dan mauizhoh) agar mereka takut akan siksa Allah SWT.
1. Penjelasan
Dalam
Al-Qur'an An-Nahl ayat 125 terdapat kata kunci sebagai berikut:
v Bil
Hikmah (بالحكمة)
“Serulah manusia kepada jalan
Tuhan-mu dengan hikmah”
Ayat di atas mengandung makna
perintah, dengan adanya kata ادع Allah
memerintahkan untuk menyeru kepada manusia kepada jalan yang benar dengan cara
hikmah. Oleh karena mengandung pengertian perintah. Maka lafadz itu memberi pengertian
keharusan (wajib). Dengan demikian perintah mi menjadi wajib untuk dilaksanakan
yaitu: mengajak manusia dengan jalan hikmah.
Berdasarkan penafsiran para mufasir
hikmah mengandung makna sebagai berikut:
Ø Perkataan
yang kuat disertai dalil yang menjelaskan kebenaran dan menghilangkan
kesalahpahaman.
Ø Pengetahuan
tentang rahasia dan faedah segala sesuatu. Dengan pengetahuan sesuatu itu dapat
diyakini keadaannya/pengetahuan itu memberi manfaat.
Ø Perkataan
yang tepat dan benar yang menjadi dalil (argumen) untuk menjelaskan mana yang
hak dan mana yang bathil.
Ø Mengetahui
hukum-hukum Al-Qur'an, paham Al-Qur'an, paham agama, takut kepada Allah, benar
perkataan dan perbuatan.
Ø Tutur
kata yang mempengaruhi jiwa.
Ø Akal
budi yang mulia, dada yang lapang dan hati yang bersih. Menarik perhatian orang
kepada agama ( kepercayaan terhadap Tuhan ).
Ø Perkataan
yang tegas dan benar.
Dengan demikian bila diaplikasikan
ke dalam pendidikan Islam, maka hikmah dapat digunakan sebagai salah satu
metode pendidikan agama Islam Dari penafsiran mufasir di atas, dapat
disimpulkan bahwa hikmah mengandung arti pengetahuan yang dalam yang
menjelaskan kebenaran serta menghilangkan kesalahpahaman melalui tutur kata
yang tegas dan benar serta mempengaruhi jiwa, akal budi yang mulia, dada yang lapang
dan hati yang bersih.
Aplikasi metode hikmah dalam
pendidikan Islam, mengindikasikan adanya tanggung jawab pendidik. Dengan
pengetahuan yang dalam akal budi yang mulia, perkataan yang tepat dan benar
serta sikap yang proporsional dari pendidik, maka tujuan pendidikan dapat
terwujudkan.
Metode hikmah mewujudkan suasana
kondusif yang memungkinkan terjadinya interaksi edukatif yang menyentuh siswa
untuk dapat menerima dan memahami serta mendorong semangat belajar, melalui
terwujudnya komunikasi baik antara pendidik dan peserta didik. Dimana pembinaan
karakter peserta didik dan kewibawaan pendidik tetap terjaga.
v Al-Mau'izhoh
al-ilasanah (والموعضة
الحسنة) / pelajaran
yang baik.
Huruf
"wawu" (و) pada kalimat di atas adalah huruf athaf, yang menghubungkan dengan
kalimat sesudahnya. Dengan demikian cara kedua dalam menyeru manusia kepada
jalan yang benar adalah dengan cara al-mau'izhoh al-hasana
Dalam
tafsiran para mufasir bahwa الموعظة
الحسنة mengandung
arti sebagai berikut :
·
Pelajaran dan peringatan.
·
Dalil-dalil yang bersifat dzanni
yang dapat memberi kepuasan kepada orang awam.
·
Pendidikan dengan bahasa yang lemah
lembut sehingga memberikan ketentraman.
·
Pendidikan yang baik yang disambut
oleh akal yang sejahtera dan diterima oleh tabi'at manusia yang benar.
v Nasehat
yang baik.
Berdasarkan dari beberapa
tafsir, al-mau'izhoh hasanah mengandung arti
pendidikan/nasihat (baik pelajaran atau peringatan), dengan cara lemah lembut
sehingga dapat diterima dan menimbulkan ketenangan dan ketentraman jiwa bukan kecemasan,
gelisah atau ketakutan".
Al-mau'izhoh hasanah adalah
bentuk pendidikan dengan memberikan nasehat dan peringatan baik dan benar,
perkataan yang lemah lembut, penuh dengan keikhlasan, menyentuh hati sanubari,
menentramkan dan menggetarkan jiwa peserta didik untuk terdorong melakukan
aktivitas dengan baik.
Dalam aplikasinya al-mau'izhoh
hasanah berupaya untuk memahami peserta didik dengan menghilangkan
sikap egois, sehingga nasihat dapat diterima dengan baik. Peserta didik
memiliki kebutuhan baik jasmani dan rohani, kebutuhan biologis, kasih sayang,
rasa aman, rasa harga diri dan aktualisasi diri yang berkaitan erat dengan
pendidikan mau'izhoh hasanah.
Dengan demikian dapat dipahami bahwa
memberikan nasihat itu tidak mudah. Mau'izhoh hasanah tidak hanya terbatas pada
nasihat tetapi perlu dapat dilaksanakan secara terencana, bertahap dan
bertanggung jawab, artinya pemberi nasihat (pendidik) memahami etika yang baik
dalam memberikan nasihat, dilakukan berulang-ulang dan teraplikasikan dengan
baik.
Mauizhoh hasanah merupakan
salah satu metode pendidikan Islam, yang memberikan penyucian dan pembersihan
rohani/jiwa, yang memungkinkan peserta didik menerima, memahami dan menghayati
terhadap materi yang disampaikan. untuk menjadi hamba yang mendapat keridhoan
Allah SWT. Dalam kehidupan di dunia dan di akhirat.
v Mujadilhum
Bi al-lati Hiya Ahsan (جادلهم
بالتى هي احسن)
bantahlah mereka dengan cara yang
lebih baik.
Esensi dari ayat di atas adalah,
bahwa Allah SWT memerintahkan bermujadalah hanya dengan cara yang terbaik,
sehingga salah satu cara dalam menyeru manusia kepada kebenaran.
Berdasarkan penafsiran para
mufassir, dapat diketahui bahwa mujadalah bi al-lati hiya ahsan,
mengandung arti sebagai berikut:
1) Bantahan
yang lebih baik, dengan memberi manfaat, bersikap lemah lembut, perkataan yang
baik, bersikap tenang dan hati-hati, menahan amarah serta lapang dada.
2) Percakapan
dan perdebatan untuk memuaskan penantang.
3) Perdebatan
yang baik, yaitu membawa mereka berpikir untuk menemukan kebenaran, menciptakan
suasana yang nyaman dan santai serta saling menghormati
4) Perbantahan
atau pertukaran pikiran dengan baik yaitu tidak menyakiti hati dan menggunakan
akal yang sehat.
Bila diaplikasikan ke dalam
pendidikan Islam maka mujadalah dapat dijadikan suatu metode pendidikan agama
Islam sebagai metode mujadalah bi al-lati hiya ahsan.
Berkenaan dengan pengertian jadala,
para ulama mengartikan jadala dengan bertukar pikiran
(berdialog), termasuk dengan cara saling mengalahkan argumentasi lawan. Dengan
demikian asumsi sementara bila di dalam Al-Qur'an terdapat dialog dan ada usaha
saling mematahkan lawan dan bersifat keras. maka dialog tersebut sebagai jadal atau mujadalah.
Namun mujadalah yang
dimaksud pada ayat ini adalah mujadalah dengan cara terbaik.
Hai ini mengindikasikan bahwa adanya bentuk mujadalah yang
benar-benar tertata dengan rapi dan terorganisir.
Dengan demikian dapat dipahami
bahwa mujadalah di sini mengandung makna sebagai proses
penyampaian materi melalui diskusi atau perdebatan, bertukar pikiran dengan
menggunakan cara yang terbaik, sopan santun, saling menghormati dan menghargai
serta tidak arogan. Allah SWT telah melarang mujadalah yang memiliki
unsur pertengkaran dan permusuhan.
Allah berfirman dalam QS. al-Ankabut
ayat 46:
* wur (#þqä9Ï»pgéB @÷dr& É=»tGÅ6ø9$# wÎ) ÓÉL©9$$Î/ }Ïd ß`|¡ômr& wÎ) tûïÏ%©!$# (#qßJn=sß óOßg÷YÏB ( (#þqä9qè%ur $¨ZtB#uä üÏ%©!$$Î/
tAÌRé& $uZøs9Î) tAÌRé&ur öNà6ös9Î) $oYßg»s9Î)ur öNä3ßg»s9Î)ur ÓÏnºur ß`øtwUur ¼çms9 tbqßJÎ=ó¡ãB ÇÍÏÈ
Artinya: dan janganlah kamu berdebat denganAhli Kitab,
melainkan dengan cara yang paling baik, kecuali dengan orang-orang zalim di
antara mereka, dan Katakanlah: "Kami telah beriman kepada (kitab-kitab)
yang diturunkan kepada Kami dan yang diturunkan kepadamu; Tuhan Kami dan
Tuhanmu adalah satu; dan Kami hanya kepada-Nya berserah diri".
Yang
dimaksud dengan orang-orang yang zalim Ialah: orang-orang yang setelah
diberikan kepadanya keterangan-keterangan dan penjelasan-penjelasan dengan cara
yang paling baik, mereka tetap membantah dan membangkang dan tetap menyatakan
permusuhan.
Selanjutnya dapat di ketahui pula
bahwa dalam melakukan mujadalah hendaknya tidak memancing lawan dengan
mengeluarkan kata-kata yang kasar karena tidak sesuai dengan nilai-nilai etika
Islami. Kata-kata serta sikap yang kasar dapat menimbulkan suasana yang panas,
menghindari kesombongan, tinggi hari dan nafsu untuk menjatuhkan lawan.
Proses diskusi bertujuan menemukan
kebenaran, memfokuskan diri pada pokok permasalahan. Menggunakan akal sehat dan
jernih, menghargai pendapat orang lain, memahami tema pembahasan, antusias,
mengungkapkan dengan baik, dengan santun, dapat mewujudkan suasana yang nyaman
dan santai untuk mencapai kebenaran serta memuaskan semua pihak. Demikianlah di
antaranya mujadalah yang di kehendaki oleh Al-Qur'an (mujadalah bi al-lati
hiya ahsan).
Peserta didik adalah individu yang
menyukai pergaulan, berkomunikasi, lisan dan tulisan. Dalam memecahkan masalah
mencari solusi, perlu menggunakan akal. Ketika terjadi suatu masalah maka tidak
hanya asal bicara, melainkan dengan menggunakan pemikiran yang jelas,
berdasarkan fakta yang akurat, perkataan yang tepat serta alur pikiran yang
sistematis dan logis.
Dalam proses pendidikan, mujadalah
bi al-lati hiya ahsan secara esensial adalah metode diskusi / dialog
yang dilaksanakan dengan baik sesuai dengan nilai Islami. Selain itu metode ini
berguna untuk melatih keterampilan berargumentasi, berbicara dan mendengar.
Diskusi sebagai proses membangun argumentasi, perlu rasional, dengan
menggunakan pikiran yang cermat.
2.
Kandungan
Surat An-Nahl: 125
Metode dakwah Rasulullah mengacu
pada anjuran Allah mengenai cara berdakwah yang tercantum dalam Al-Qur’an Surat
An-Nahl ayat 125. Ayat ini mencakup beberapa metode dakwah sebagai berikut:
a.
Disampaikan dengan Cara Hikmah dan
Pengajaran yang Baik.
Cara
hikmah yang dimaksud di sini adalah perkataan yang tegas dan benar yang
membedakan yang hak dan yang bathil. Dakwah harus disampaikan dengan cara yang
hikmah, hingga tidak manimbulkan hal yang samar-samar yang membingungkan.
Pengajaran yang baik di dalam metode dakwah Rasulullah juga dimaknai sebagai
dakwah yang baik disampaikan dengan cara yang lemah lembut. Rasulullah telah
mengajarkan kelemah lembutan yang beliau tunjukkan tak hanya kepada para
sahabat dan orang-orang muslim. Namun juga tetap lemah lembut pada musuh yang
akan membunuh beliau. Inilah ketinggian akhlak berdakwah Rasulullah yang
mengacu pada anjuran hikmah dalam Al-Qur’an.
b.
Berdebat dengan Cara yang Baik.
Metode
dakwah Rasulullah senantiasa menghindari cara berdebat yang hanya akan
melemahkan seorang dai. Rasulullah senantiasa menghindari perdebatan yang
diajak oleh kaum kafir Qurays. Utusan tersebut merayu dan membujuk Rasulullah
untuk meninggalkan dakwah yang diperintahkan Allah. Sebagai gantinya kaum kafir
Qurays akan memberikan apa saja yang dikehendaki Rasulullah seperti harta,
wanita, dan jabatan. Dalam kondisi perdebatan yang sangat penting tersebut
(menuntut pada akidah) Rasulullah menunjukkan sikap yang tenang dan cerdas. Beliau
mempersilahkan utusan tersebut selesai berbicara, beliau menanyakan pada utusan
tersebut: “sudah selesai Anda berbicara?”. Inilah bentuk keteladanan Rasulullah
yang diajarkan kepada ummat manusia dalam menyebarkan dan menyampaikan ajaran
dakwah. Bahkan dalam kondisi perdebatan yang sudah mencapai klimaks nilai-nilai
dakwah sekalipun Rasulullah tetap mengajarkan kepada manusia cara berdebat dan
berargumen yang baik dan bijak.
c.
Membalas Kejahatan dengan Kebaikan.
Metode
dakwah Rasulullah lainnya yang diajarkan kepada ummatnya adalah membalas sikap
jahat yang dilakukan objek dakwah dengan akhlak mulia yang mengetuk hati objek
dakwah, untuk selanjutnya mengantarkan kepada keimanan. Suatu ketika Rasulullah
sering dicaci oleh seorang pengemis buta, Rasulullah senantiasa bersabar
menyuapi dan memberi makan pengemis. Sementara dirinya selalu dihujat. Setelah
Rasulullah wafat, barulah si pengemis tersebut tau bahwa yang menyuapi dan
memberinya makan selama ini adalah Rasulullah. Barulah pengemis tersebut masuk
Islam.
SIMPULAN
1.
Al-Qur'an surat an-Nahl ayat 125
merupakan ayat yang mengandung nilai-nilai edukatif tentang metode pendidikan
agama Islam yang meliputi: Bil hikmah, Almau'idzoh hasanah, dan
Mujaadalah billatii hiya ahsan.
2.
Berdasarkan penafsiran para mufassir
terhadap al-Qur'an surat an-Nahl ayat 125 terdapat tiga metode pendidikan:
a. Metode
pendidikan dengan melalui bil-hikmah, yakni: pengetahuan yang
dalam yang menjelaskan kebenaran serta menghilangkan kesalah-pahaman melalui
tutur kata yang tegas dan benar serta mempengaruhi jiwa akal budi yang mulia,
dada yang lapang dan hati yang bersih serta mampu bersikap proporsional, mampu
membedakan mana yang harus di kerjakan dan mana yang harus ditinggalkan.
b. Metode
pendidikan dengan melalui al-mau'idhotil hasanah, menurut tafsiran
para mufasir artinya adalah pendidikan yang baik. Yakni bentuk pendidikan
dengan memberikan nasehat dan peringatan baik dan benar, perkataan yang lemah
lembut, penuh dengan keikhlasan, menyentuh hati sanubari, menentukan dan
menggetarkan jiwa peserta didik untuk terdorong melakukan aktivitas dengan
baik.
c. Metode
pendidikan dengan melalui mujaadalah billatii hiya ahsan artinya
adalah bantahan yang lebih baik, yakni bantahan dengan memberi manfaat,
bersikap lemah lembut perkataan yang baik bersikap tenang dan hati-hati menahan
amarah serta lapang dada.
DAFTAR
PUSTAKA
1.
Ibnu Katsir, Tafsir Ibnu
Katsir ( CD. Holly Qur,an ).
2.
Ad-Dimasyqi, Ibn Katsir. 1412
H. Dar ul-Fikr. jilid II
3.
Ahmad, Muhammad bin, Abdurrahman bin
Abi Bakr al-Mahalli. As-Suyuthi, Dar ul-Hadîts. Kairo
4.
Isma’il, Al-imam Abdul Fida.
2003. Tafsir Ibnu Kasir. Bandung: Sinar Baru Algensindo
6.
Al-Qur’an
dan Terjemah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar